1. Anak Sekolah tipe A
Dalam klasifikasi ini, Anak Sekolah tipe A ditandai oleh prestasi akademik yang tinggi dan perencanaan masa depan yang jelas. Secara akademis, nilai raport mereka berada pada rentangan angka 7,5 – 9. Nilai raport tersebut secara obyektif dan valid mencerminkan kemampuan berpikir, menghafal, menalar, menulis, berhitung, menganalisis, aplikasi, kesopanan, dan akhlakul karimah. Pada sisi lain, dalam pikiran atau perasaannya telah tergambar (visualisasi) seseorang yang profesional. Mungkin ia menggambarkan dirinya sebagai dokter, tentara, guru, ustadz, mekanik, wartawan, pegiat sosial, penulis pada tiga, lima atau delapan tahun dari sekarang.
Dalam klasifikasi ini, Anak Sekolah tipe A ditandai oleh prestasi akademik yang tinggi dan perencanaan masa depan yang jelas. Secara akademis, nilai raport mereka berada pada rentangan angka 7,5 – 9. Nilai raport tersebut secara obyektif dan valid mencerminkan kemampuan berpikir, menghafal, menalar, menulis, berhitung, menganalisis, aplikasi, kesopanan, dan akhlakul karimah. Pada sisi lain, dalam pikiran atau perasaannya telah tergambar (visualisasi) seseorang yang profesional. Mungkin ia menggambarkan dirinya sebagai dokter, tentara, guru, ustadz, mekanik, wartawan, pegiat sosial, penulis pada tiga, lima atau delapan tahun dari sekarang.
2. Anak Sekolah tipe B
Anak Sekolah tipe B ditandai oleh prestasi akademik sedang dan memiliki perencanaan masa depan yang jelas. Secara akademis, nilai raport mereka berada pada rentangan angka 6 – 7,5. Nilai raport tersebut secara obyektif dan valid mencerminkan kemampuan berpikir, menghafal, menalar, menulis, berhitung, menganalisis, aplikasi, yang tiak terlalu brilyan. Nilai raport tersebut juga mencerminkan dan akhlakul karimah. Meskipun tidak terlalu brilyant, dalam pikiran atau perasaannya telah tergambar (visualisasi) seseorang yang profesional. Mungkin ia menggambarkan dirinya sebagai perawat, dokter, tentara, guru ustadz, mekanik, montir, pedagang, kontraktor, wartawan, pegiat sosial, penulis pada tiga, lima atau delapan tahun dari sekarang.
3. Anak Sekolah tipe C
Anak Sekolah tipe C ditandai oleh prestasi akademik yang rendah tetapi memiliki perencanaan masa depan yang jelas. Secara akademis, nilai raport mereka berada pada rentangan angka 5 – 6. Angka tersebut merupakan angka repetisi (mengulang) kelas setelah tinggal kelas. Nilai raport tersebut secara obyektif dan valid mencerminkan kemampuan berpikir, menghafal, menalar, menulis, berhitung, yang rendah. Meskipun demikian, dalam pikiran atau perasaannya telah tergambar (visualisasi) seseorang yang profesional. Mungkin ia menggambarkan dirinya sebagai tentara, mekanik, pegiat sosial, pedagang, pengendara (driver), satpam, karyawan pada tiga, lima atau delapan tahun dari sekarang.
4. Anak Sekolah tipe D
Anak Sekolah tipe D ditandai oleh prestasi akademik yang tinggi tetapi tidak memiliki perencanaan masa depan yang jelas. Secara akademis, nilai raport mereka berada pada rentangan angka 7,5 - 9. Nilai raport tersebut secara obyektif dan valid mencerminkan kemampuan berpikir, menghafal, menalar, menulis, berhitung, menganalisis, aplikasi, kesopanan, dan akhlakul karimah. Meskipun demikian, ia tidak memiliki arah dan cita-cita yang realistis. Ia hanya menggambarkan dirinya menjadi orang yang hebat, terkenal, dan tersohor. Gambaran tersebut bersifat sumir. Tidak real.
5. Anak Sekolah tipe E
Anak Sekolah tipe E ditandai oleh prestasi akademik yang sedang tetapi tidak memiliki perencanaan masa depan yang jelas. Secara akademis, nilai raport mereka berada pada rentangan angka 6 - 7,5. Nilai raport tersebut secara obyektif dan valid mencerminkan kemampuan berpikir, menghafal, menalar, menulis, berhitung, menganalisis, aplikasi, kesopanan, dan akhlakul karimah. Secara akademis tergolong menengah. Meskipun demikian, ia tidak memiliki arah dan cita-cita yang realistis. Sama seperti Anak Sekolah tipe D, ia menggambarkan dirinya (pada masa depan) menjadi orang yang hebat, terkenal, dan tersohor, tetapi tidak konkrit/real. Mungkin ia berpandangan bahwa suatu saat (di masa yang akan datang) setelah merampungkan studi (sekolah) ia akan bekerja pada organisasi atau instansi atau perusahaan.
6. Anak Sekolah tipe F
Anak Sekolah tipe F ditandai oleh prestasi akademik yang rendah dan tidak memiliki perencanaan masa depan yang jelas. Secara akademis, nilai raport mereka sangat jelek. Sebagaimana halnya Anak Sekolah pada tipe C mereka tinggal kelas, dan baru naik kelas setelah mengulang. Kemampuan berpikir, menghafal, menalar, menulis, berhitung, hanya pas-pasan. Di samping itu mereka tidak memiliki arah dan cita-cita yang realistis. Ia bahkan tidak pernah atau tidak berani menggambarkan dirinya menjadi orang yang profesional. Ia bersekolah hanya untuk mengikuti irama sosial. Boleh jadi di sekolah ia tidak memiliki motivasi.
Bahasa yang saya gunakan apakah kurang sesuai dengan EYD?
maaf minim gambar karna admin yang satunya sedang tidak bekerja
Bagi umum, nilai merupakan hal yg sangat mutlak dalam keseharian, untuk pedagang nilai merupakan hal yg sangat penting karena menyangkut untung rugi perniagaan nya. Begitupun dengan para murid sekolah, nilai adalah nomer 1. Jika sehabis sma mereka mau melanjutkan kuliah dengan jalur PMDK, dan SNMPTN Undangan, nilai rapot merupakan syarat utama kelulusanya jika nilainya bagus bisa bersaing dengan yg lain, kalau jelek ya maaf "coba lagi" kata ale-ale.
Namun apakah nilai-nilai itu dapat di percaya sebagai tolak ukur kepintaran seorang manusia? Aku rasa ngga deh. Sudah umum di sekolah mana saja yg namanya budaya niron aka nyontek ada. Nyontek pun bukan hanya untuk mengisi soal ulangan, bisa juga dalam tugas-tugas praktek. Karena tidak punya ide (atau ngga punya otak) yg mumpuni agar bisa menyelesaikan tugas praktek ngga pake ragu lagi akhirnya nyontek kerjaan temanya dan menduplikat kerjaan temanya itu. Terjadilah perebutan hak cipta (itu pun jika temanya berani mengadu).
Itu semua dilakukan untuk mendapat nilai sempurna. 90 sampai 100 untuk pelajar. Pertanyaan yg berulang-ulang dari masyarakat, apakah nilai itu berguna nanti jika kita bekerja di suatu perusahaan atau wiraswasta? Apa nanti jika bekerja di pabrik pupuk, nilai fisika kita berguna disana? Jawabnya bisa ya dan tidak. Ya jika sebuah perusahaan itu merekrut karyawan hanya berlandaskan nilai, kemungkinan besar nilai sangat berpengaruh dan tidak, jika suatu pekerjaan yg kita geluti tidak membutuhkan nilai tinggi tetapi membutuhkan skill dan leadership.
Bagi umum, nilai merupakan hal yg sangat mutlak dalam keseharian, untuk pedagang nilai merupakan hal yg sangat penting karena menyangkut untung rugi perniagaan nya. Begitupun dengan para murid sekolah, nilai adalah nomer 1. Jika sehabis sma mereka mau melanjutkan kuliah dengan jalur PMDK, dan SNMPTN Undangan, nilai rapot merupakan syarat utama kelulusanya jika nilainya bagus bisa bersaing dengan yg lain, kalau jelek ya maaf "coba lagi" kata ale-ale.
Namun apakah nilai-nilai itu dapat di percaya sebagai tolak ukur kepintaran seorang manusia? Aku rasa ngga deh. Sudah umum di sekolah mana saja yg namanya budaya niron aka nyontek ada. Nyontek pun bukan hanya untuk mengisi soal ulangan, bisa juga dalam tugas-tugas praktek. Karena tidak punya ide (atau ngga punya otak) yg mumpuni agar bisa menyelesaikan tugas praktek ngga pake ragu lagi akhirnya nyontek kerjaan temanya dan menduplikat kerjaan temanya itu. Terjadilah perebutan hak cipta (itu pun jika temanya berani mengadu).
Itu semua dilakukan untuk mendapat nilai sempurna. 90 sampai 100 untuk pelajar. Pertanyaan yg berulang-ulang dari masyarakat, apakah nilai itu berguna nanti jika kita bekerja di suatu perusahaan atau wiraswasta? Apa nanti jika bekerja di pabrik pupuk, nilai fisika kita berguna disana? Jawabnya bisa ya dan tidak. Ya jika sebuah perusahaan itu merekrut karyawan hanya berlandaskan nilai, kemungkinan besar nilai sangat berpengaruh dan tidak, jika suatu pekerjaan yg kita geluti tidak membutuhkan nilai tinggi tetapi membutuhkan skill dan leadership.
originally posted by http://petamasadepanku.blogspot.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar